Headlines News :
Home » » Asiknya Bermain Voli Di Pandawa

Asiknya Bermain Voli Di Pandawa

Bermain Voli di pantai pandawa
PANDAWA BEACH, Ingin suasana pantai yang lain? Yang masih agak sepi tetapi mempunyai Tebing Masih Jadi Milik Desa panorama yang eksotis? Kunjungi Pantai Pandawa di Desa Kutuh. Walau keberadaannya termasuk masih baru, pantai ini tak kalah indah dengan Kuta. Berikut laporan pariwisata Bali Travel News (Kelompok Media Bali Post).

DULU, masyarakat setempat menamai pantai berpasir putih dengan tebing - tebing tingginya ini Pantai Melasti. Lantaran tempat ini dipakai warga setempat untuk kegiatan upacara melasti. Kemudian sekitar 2010-an, tempat ini mulai terendus para surfer dan pengelana lain yang mencari ketenangan serta kesunyian. Jauh dari hiruk-pikuk keramaian tempat wisata lain pada umumnya. Maka tempat ini pun dikenal dengan nama Secret Beach alias Pantai Rahasia. Yang tahu pun sangat terbatas. Bahkan, masyarakat setempat pun tidak ngeh bahwa pantainya itu di kalangan turis dikenal dengan nama Secret Beach.

‘’Ya, kami bingung ketika ditanya letak Secret Beach oleh seorang wisatawan,’’ ujar Sekretaris Desa setempat, Ir. I Nyoman Camang. Turis itu kemudian bercerita, mereka harus merogoh kocek kalau ingin ke tempat ini kepada komunitas yang mengaku ‘’memiliki’’ pantai tersebut. Nah, berangkat dari situlah kemudian aparat desa setempat berembuk untuk mencari nama baru yang tidak berbau kebarat-baratan. Nama melasti sendiri, diakui kurang ‘’ngepop’’ manakala kemudian masyarakat berencana untuk menjadikan tempat ini sebagai pantai wisata seperti Kuta, Nusa Dua maupun Sanur.
Dari hasil rembuk desa itulah kemudian muncul nama Pandawa. Kenapa Pandawa? ‘’Karena mengacu kepada sifat-sifat luhur serta bijaksana dari Panca Pandawa itu sendiri. Ada Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula maupun Sahadewa,’’ jelas Camang.

Namun yang lebih substantif lagi, lanjut Camang yang seorang arsitek ini, perjalanan Pandawa yang cukup getir sebelum menuju kemenangan melawan Kurawa merupakan gambaran dari kehidupan masyarakat setempat. Sama seperti desa - desa lain di kawasan Nusa Dua, sebelum masyarakat mengenal pariwisata, boleh dikatakan kehidupan mereka sangat susah. ‘’Kami dulu sudah biasa mengonsumsi bonggol pisang sebagai pengganti beras,’’ ujar Camang melukiskan bagaimana pahitnya kehidupan mereka dulu sekitar 1980. Karena menokohkan Pandawa, maka dibuatlah patung dari kelima tokoh tersebut dan lainnya. Dipajang di cekokan tebing menghadap ke pantai. Patung ini merupakan donasi para pengunjung pantai Pandawa.

Mereka dari kalangan pengusaha, pejabat serta lainnya. Akses ke Pantai Pengembangan daerah ini tergolong sangat baru. Kalau manusia, keberadaan pantai ini ibarat masih bayi. Baru mulai pada Desember 2012. Sejak itu baru lah kabar ini menyebar lewat mulut ke mulut bahwa ada pantai eksotis berpasir putih, ombaknya tenang, bersihdengan hamparan biru lautnya yang memesona. Indah. Mengapa baru? ‘’Terus terang, akses ke pantai sangatlah sulit. Lewat tebing bebatuan yang curam. Ini kendala terbesarnya,’’ aku Camang. Namun kemudian pada 1999, masyarakat menggandeng investor galian C untuk menata kawasan itu dan membuat akses jalan ke pantai. Alhasil, jadilah seperti sekarang. Ada jalan lebar ke pantai sehingga kendaraan, baik bus dan lainnya bisa langsung masuk ke kawasan ini. Terhadap kerja sama ini, masyarakat tidak mengeluarkan uang sesen pun karena kompensasi kepada investor berupa limbah galian itu sendiri.

Sejak saat itulah, pantai berkembang dan tentu saja mulai dilirik para pengunjung. Demikian juga para investor yang mengincar tempat strategis ini. Desa ini memiliki kontur tanah batu karang bertebing. Luas lahan totalnya 976 hektar. Dari jumlah itu, 230 hektar dikuasai dua investor yakni PT Bali Raga dan PT Lamtoro Gung. Nah, dengan dua investor inilah pihak desa terus melakukan negosiasi agar semua akses ke pantai tidak dikuasai investor. Termasuk juga tebing serta pantai pasir putihnya. ‘’Astungkara, sampai sejauh ini, tebing 100 persen dikuasai pihak desa dan juga pantai karena ini masuk ke dalam awig-awig,’’ ujar Camang.

Nah, yang belum adalah kesepakatan soal sempadan jurang di mana pihak desa menginginkan adanya akses publik. ‘’Kami belajar dari pengalaman desa-desa lain yang punya topografi seperti Kutuh di mana akses ke laut dikuasai investor,’’ ujar Camang. Investor memang terus malirik tempat ini. Tidak hanya dua itu saja. Jadi, mungkin keberadaan Pantai Pandawa ini harus tetap eksis untuk membendung keserakahan kaum ‘’Kurawa’’ yang tentunya berniat mencaplok dan menguasai kawasan ini.

Petani Rumput Laut Sebelum mengenal pariwisata, masyarakat Kutuh ini adalah peladang dan petani rumput laut. Di ladang mereka menanam ubi serta jagung.Di laut mereka membudidayakan rumput laut. Seaweed ini dikenal sejak 1989. Mereka bertani secara berkelompok. Hasilnya kebanyakan diekspor ke Jepang, Korea serta Cina lewat pengepul. Seiring bergulirnya waktu dan fluktuatifnya harga rumput laut di pasar dunia, masyarakat pun kemudian banyak banting setir menjadi pemilik warung kecil, usaha massage, menyewakan kano, longchair dan sebagainya.Yang tersisa sekarang sekitar 20 persen saja yang menekuni rumput laut. Padahal, seperti kata Bu Letra, hasil rumput laut cukupmenjanjikan. Sekitar 200 kilogram sekali panen setiap bulannya. Jadi setahun 12 kali panen. Dengan harga per kilogram sekitar Rp 15 ribu paling tinggi. ‘’Paling rendah, Rp 8 ribu,’’ katanya. Kalausekarang banyak yang mundur jadi petani rumput laut, dia pun memaklumi. ‘’Saya pun sekarang buka warung kecil-kecilan,’’ katanya.

Setiap bulan dia mesti bayar Rp 30 ribu kepada pihak desa. Soal rumpt laut, dia dan kawan-kawan bukannya tanpa usaha. Mereka tetap berupaya menanam rumput laut, tetapi sering habis dimakan ikan. ‘’Jadi kami sering gagal panen,’’ katanya. Karena itulah, dia dan rekan-rekannya mengadu peruntungan di bidang pariwisata. Hasilnya cukup menjanjikan.Tempat ini memang tergolong baru tetapi cukup nenarik kedatangan wisatawan. Berdasarkandata Kantor Desa Kutuh, jumlah turis domestik sampai Desember ini 277.774 orang. Sedangkan mancanegara 39.699 orang. Banyak hal yang bisa dilakukan di tempat asri ini. Mulai dari berjemur, berenang, main voli pantai, berkano dan lainnya. Dan tentu saja, mengabadikan kenangan Anda di tempat indah ini.


Sumber : Bali Post

Share this article :

0 komentar:

Total Visitors


De Du Printing








Fashion

Agrowisata

Country Visitors



Flag Counter

Contents Of Pandawaline

Pandawa Line Life Chat

 
Template Design by Creating Website De Du Jaya Print Published by Pandawa Line